
بسم الله الر حمن الر حيم
السلام عليكم ور حمة الله وبر كا ته
الحمد لله الذي انعم علينا بنعمة الايمان والاسلام.والصلاة والسلام على سيدنا محمد سا رة الا علام.و على اله وصحبه وكل من بهم الا يمان .قال الله تعالئ: انما المؤ منون الذين اذا ذكرالله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ايته زادتهمايمانا و على ربهم يتوكلون.و قال رسول الله.الايمان عقد بالقلب واقرار با لسان و عمل با لا ركان
Didalam hidup ini, kita memerlukan kepercayaan atau keyakinan, kita tidak akan bisa hidup, kalau tidak mempunyai keyakinan. kita tidak akan bisa melakukan apa-apa, kalau tidak mempunyai keyakinan. sebagai contoh, saya datang ketempat ini, karna saya yakin bisa sampai disini dengan selamat. kalau saja saya ragu-ragu, kalau saya tidak yakin, kalau saya berfikir bahwa saya akan ditabrak mobil ditengah jalan, maka saya tidak akan melangkah kan kaki, saya tidak akan pergi, dan tentu saja saya tidak akan berada disini.
Pak wazir, akan pergi ke Palembang. dengan penuh keyakinan Pak Wazir naik mobil. akhirnya Pak Wazir selamat sampai ke Palembang. tetapi, jika Pak Wazir ragu-ragu, jika Pak Wazir tidak yakin akan selamat, Pak Wazir tidak akan berani naik mobil , dan tidak mungkin bisa sampai ke Palembang.
Betapa pentingnya keyakinan itu, harus benar dan baik. Maksudnya, kita harus pandai mendudukkan keyakinan itu pada tempatnya yang benar, agar kita betul-betul selamat dalam hidup ini. Kalau kita salah menempatkan keyakinan, pasti kita akan celaka.
contoh, lautan itu ombaknya besar dan ganas. Tetapi saya yakin dengan perahu kecil, saya bisa selamat sampai keseberang. Ketika betul-betul saya coba, pasti perahu saya karam dan akibatnya saya celaka. Misal lain mobil itu khusus untuk dipakai didarat. Tetapi dengan penuh keyakinan, saya mengendarai mobil itu di atas sungai. Tentu saja saya tenggelam bersama mobil itu tadi.
Ini akibat saya tidak pandai menempatkan keyakinan itu pada tempatnya yang benar. Karena itulah saya celaka. Seharusnya, saya menyeberangi lautan dengan kapal, bukan dengan perahu kecil, seharusnya pula, saya menyeberangi sungai dengan perahu, bukan dengan mobil, sebab itulah kita harus mempunyai keyakinan yang benar. Kita harus mempunyai keyakinan yang baik dan lurus agar kita selamat dalam hidup ini.
Keyakinan yang benar itu adalah keyakinan kita kepada Allah. Sebab, Allah adalah sumber kebenaran. Allah merupakan kebenaran yang mutlak. Iman kepada Allah, harus pula disertai dengan iman kepada rasul-Nya, Muhammad Saw. Dengan iman kepada Allah dan Rasul berarti iman kepada Islam inilah iman yang benar.
Sabda Rasulullah Saw, tentang pengertian iman
(الا يمان عقد بالقلب واقران با لسان و عمل با لاركان( رواه مسلم
Artinya :”Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan dengan anggota badan”. (H.R Muslim)
Iman kepada Allah dan Rasulullah,pertama kali harus diyakini dengan hati. Maksudnya, hati kita dengan bulat mengakui adanya Allah yang maha Esa. Tiada Tuhan selain Allah. Karena-Nya, kitapun yakin, bahwa Allah maha kuasa, Allah yang maha menciptakan, Allah maha kaya, Allah maha pemurah, Allah maha pengasih dan segala maha lainnya.
Setelah itu, kitapun harus meyakini dengan bulat, bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, yang diutus kebumi untuk menyampaikan kebenaran Allah.
Keyakinan hati atau pengakuan hati itu selanjutnya kita ikrarkan dengan lisan, yaitu:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Artinya:”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan Aku bersaksi, bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah.”
Kalimat yang kami ucapkan tadi, kita kenal dengan dua kalimat syahadat atau kalimat kesaksian.
Iman tidaklah cukup dengan pengakuan hati dengan mengucapkannya dengan lisan saja. Tetapi harus disertai dengan perbuatan. Maksudnya, kalau kita betul-betul beriman kepada Allah dan Rasul, maka tidak dapat tidak, kita harus mengerjakan segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul. Dengan demikian, barulah sempurna iman seorang hamba Allah.
Sebagai keterangan tambahan, kami ingin mengungkapkan sebuah hadis Rasulullah SAW mengenai iman ini.
قَالَ رَسُولُالّلهِ صَلَّى الّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْاِيْمَنُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً , أَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا اِلَهَ اِلَّا الّلهُ وَ اَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَ عَنِ الطَّرِيْقِ , وَ الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ
Artinya:”Iman itu,mempunyai 77 cabang.Yang tertinggi ialah mengucapkan Lailahaillallah.Dan yang paling rendah,ialah menyingkirkan benda yang membahayakan orang yang lewat dijalan.”
Dan malu berbuat kejahatan dan kesalahan termasuk cabang iman. (Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim)
Mengucapkan Lailahaillallah merupakan tingkatan iman yang paling tinggi. Mengucapkan disini, bukan sekedar mengucapkan tetapi, betul-betul meresapi maknanya dan meyakini isinya. Bahwa betul-betul tidak ada Tuhan selain Allah Artinya, kita hanya menuhankan Allah, tidak menuhankan yang lainnya. Kita tidak boleh menuhankan benda, menuhankan harta kekayaan,menuhankan uang, menuhankan sawah ladang, menuhankan jabatan, menuhankan manusia dan lain sebagainya.
Orang yang terlalu cinta kepada harta, mengejar harta sebanyak-banyaknya dan menganggap harta sebagai tujuan hidup,bahkan sebagai ukuran keberhasilan hidup, tetapi dia melupakan Allah, berarti dia telah menuhankan harta. Begitupun, orang yang terlalu sibuk bekerja, karena dia punya jabatan, karena dia punya pegawai, tetapi dia melupakan Allah.
Maka dia telah menuhankan jabatan, dia telah menuhankan kepegawaian, kemudian, ada orang yang berkata begini: “saya kalau tidak menjadi pegawai ini tidak bisa makan, atau saya tidak punya toko ini, tidak punya sawah ini, tidak bisa hidup”. Nah, orang yang bekerja begitu, berarti telah menuhankan pegawai, menuhankan toko, dan menuhankan sawah. Begitupun halnya Orang-orang yang terlalu mengagung- agungkan manusia, berarti dia telah menuhankan manusia.
Menurut Imam Al-Ghazali “Orang-orang yang kami sebutkan tadi adalah syirik khafi, Artinya, dia Islam, Dia menuhankan Allah, tetapi dia juga menuhankan sesuatu selain Allah, walau tanpa disadarinya.
Menurut Al-Ghazali, dalam kitab “Ihya ‘ulumuddin” Halaman 240, Iman yang sempurna, tersimpul dalam ucapan:
لا اله الا الله وحده لا شريك له.له الملك و له الحمد.و هو على كل شيئ قدير
Artinya “Tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Esa, Tidak ada sekutu bagi Nya, Allah lah yang memiliki Kekuasaan, untuk Allah lah segala Puji, Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Maksudnya, kita meyakini bahwa Tuhan itu hanya Allah, Dia Maha Esa, lalu kita tidak menuhankan Apapun selain Allah, Kemudian kita meyakini, bahwa Allah itu Maha Kuasa, dimana dengan kekuasaan Nya itu, Allah menjamin kehidupan kita dan Allah menjamin rezeki kita, karena itu kita tidak perlu khawatir akan kelaparan atau hidup terlantar, tetapi kita harus yakin dengan kemurahan dan kasih sayang Allah serta RahmatNya yang tak pernah putus-putus.
Allah limpahkan kepada kita yang mengaku berIman ini, terakhir, kita jangan lupa memuji Tuhan, dengan sholat, puasa, dan mengerjakan kewajiban-kewajiban lainnya, kita puji Allah ketika duduk, ketika berdiri, ketika berjalan, ketika berbaring, dan kapanpun kita bisa melakukan nya.
Kata imam Ghozali, kalau kita sudah seperti itu, kita tidak pernah resah dalam hidup. Kita tidak akan berkeluh kesah dalam hidup. Kita selalu yakin pada pertolongan Allah SWT, Akhirnya muncul sikap tawakal pada diri kita. Artinya, kita berusaha dengan sekuat daya untuk hidup, kemudian kita berserah diri pada kekuasaan dan kasih Allah Swt.Kalau sudah begini, kita betul-betul akan merasakan lezatnya, iman. Kita akan merasakan nikmatnya hidup.
Orang yang beriman itu bersifat QANA’AH(قنا عة). Artinya, dia selalu merasa cukup dan puas dengan apa yang dimilikinya, dia selalu bersyukur terhadap nikmat tuhan, mulai dari nafas yang dihirupnya, sampai sebutir nasi yang dimakan, jika dia kelaparan dia tidak berkeluh kesah, tetapi justru berkata, Tuhan sedang menguji keteguhan imanku dan dia menjadi kuat dan tegar menghadapi hidup.
Dalam surat Al-Ankabut, ayat 2 Allah SWT berfirman:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?
Maksud ayat ini, setiap orang beriman, pasti akan mengalami ujian dari Allah SWT, untuk mengetahui sejauh mana keteguhan iman seorang Manusia. Apakah dengan ujian itu imannya menjadi hilang, lalu dia menjadi musyrik, atau sebaliknya, bahwa imannya semakin teguh, karena dia sadar bahwa Allah SWT mengujinya, dari ujian itulah dapat diketahui, siapa yang benar-benar beriman, dan siapa yang dusta dalam imannya.
Tetapi, tidak pernah terjadi, orang yang betul-betul mempunyai iman teguh dan ikhlas, menjadi putus asa, setelah menerima ujian itu.Bahkan iman mereka semakin kokoh.
Orang yang beriman itu, Apabila disebut nama Allah SWT, bergetar hatinya, karena yakin dan rindu kepada Allah, dan jika dibacakan ayat-ayat Allah SWT atau Al-Qur’an bertambahlah iman mereka.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 2:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Artinya:”Orang-orang yang beriman ialah orang yang apabila disebut nama Allah swt bergetar hatinya dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah swt,bertambah iman mereka. Dan mereka bertawakal kepada tuhan mereka”.
Tawakal, adalah kunci hidup orang beriman, ketika dia telah berusaha, kemudian Allah SWT masih mengujinya dengan cobaan-cobaan hidup, dia bertawakal, berserah diri sebulat-bulatnya pada kasih sayang Allah SWT,dan biasanya, disaat itulah orang beriman akan mendapat pertolongan Allah SWT.
Orang yang beriman, adalah orang yang tahu tujuan hidup, dia sadar tujuan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah SWT, bukan mengabdi kepada harta, pada kekayaan, pada kedudukkan, pada jabata, dan sebagainya.
Orang yang mengabdi kepada harta kekayaan, kedudukan, jabatan akan bersikap tamak, rakus halal haram hantam, memeras orang, mengambil hak orang, menipu dan sebagainya, orang yang begitu tidak pernah merasa puas, dia selalu resah dan tidak pernah merasa tenang dia selalu merasa dikejar-kejar oleh nafsunya yang tamak dan rakus.
Mereka tidak Qana’ah, tidak merasa puas dengan nikmat yang Allah SWT berikan. Yang ada pada pikiran mereka adalah kekurangan, kurang, kurang dan ingin menambah terus, akhirnya mereka mati dalam ketidak tenangan, dan mati dalam ketidakpuasan. Mereka menjadi susah sendiri. Sementara orang lain hidup bahagia dan damai. Mereka akan mengeluh terus, sementara orang lain hidup tersenyum dan bangga dengan apa yang ada. Sangat rugilah orang yang tidak beriman. Sungguh, Mereka amat rugi.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan sifat-sifat orang beriman. Selain yang kami ungkapkan di atas, beberapa sifat orang yang beriman akan kami sebutkan berikut ini.
Bahwa orang yang beriman selalu condong pada kebenaran. Untuk menegakkan kebenaran, dia tidak peduli dengan anak, keluarga, sanak keluarga, sanak saudara, dan apapun atau siapapun juga. Ia selalu bertindak baik dan benar.
Orang yang beriman malu melakukan kejahatan dan kemaksiatan. Bahkan dia mengajak orang lain berbuat baik dan mencegah orang lain berbuat jahat. Dia menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Dia menyelamatkan dan membebaskan orang yang mempunyai beban dan hidup terbelenggu.
Orang yang beriman itu, apabila diberi Allah SWT nikmat, dia bersyukur. Tetapi apabila ditimpa musibah dia bersabar.
Kemudian, sifat menonjol orang yang beriman, ialah cinta pada ilmu pengetahuan. Dia tekun menuntut ilmu, selama dia masih hidup, bahkan sampai hampir menuju liang kubur. Lalu, Ia mengamalkan ilmunya itu kepada orang lain, meski dia harus melalui perjuangan yang berat.
Terakhir, orang yang beriman itu, selalu berfikir, bahwa segala sesuatu datang dari Allah SWT. Dan segala sesuatu akan kembali kepada-Nya. Dia sadar, bahwa kita manusia ini, dan apa saja yang kita miliki, semata-mata kepunyaan Allah Swt.Dan segala perbuatan dan pekerjaan hidupnya, Dia kembalikan kepada Allah SWT, untuk Allah SWTdan dari Allah SWT.
Tidak lah heran, kalau orang yang beriman, adalah kekasih Allah SWT. Dia akan diberi ganjaran surga oleh Allah SWT. Mereka mendapat kemenangan syurga. Mereka bahagia di dunia dan bahagia diakhirat selamanya.
Marilah kita semua benar-benar menjadi hamba Allah SWTyang mukmin. Mukmin sejati, yang kian hari, iman kita kian bertambah, bukan kian hari kian berkurang.
Mudah-mudahan Allah SWTmemberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita, sehingga kita menjadi mukmin sejati. AAMIIN…
Komentar Terbaru